
Manusia
hidup memiliki tujuan. Bahkan sekecil apapun. Mungkin tidak semua orang punya
tujuan hidup menjadi presiden, mungkin hanya sesepele hari ini punya tujuan
untuk ke Alfamart dan beli sekotak Indomilk rasa stroberi. Tidak ada
bedanya, semua tetap adalah tujuan. Manusia juga punya naluri alamiah untuk bertahan
dan berkembang. Setelah ia bisa bertahan, ia ingin berkembang. Ada sesuatu dari
diri manusia untuk tahu bahwa seburuk apapun risiko yang ia hadapi, ada
perasaan puas bila turun tangan menghadapinya. Kecuali kita memang memilih
tinggal dan kehilangan kewarasan. Kebosanan tidak ada bedanya dengan kematian.
Wait a minute... what the fuck is that? Paragraf awal tadi terlalu serius. Dawn of the Dead rasanya tidak cocok
dibicarakan dengan cara seperti itu. Tapi paragraf awal ini saya tulis untuk
membalas keluhan banyak orang di Mubi yang menulis film ini punya jalinan
cerita payah (keputusan para karakternya memilih pergi ke tempat tidak jelas
daripada bertahan di mall). Padahal tidak ada yang salah dengan itu. Baca lagi
tulisan di atas.
Dawn of
The Dead memang punya 30 menit yang berjalan biasa. Tidak ada kejutan, penampilan zombie pun tidak begitu se-mencekam
harapan. Cerita dimulai dari seorang suster bernama Ana (Sarah Polley yang di
awal terlihat meragukan ternyata bisa menjadi karakter protagonis yang
tangguh) yang mendapati semua orang di sekitarnya berubah menjadi zombie. Ia
lalu bertemu para survivor lainnya seperti Kenneth (Ving Rhames), Michael (Jack Weber),
Luda (Inna Korobkina) seorang wanita hamil berdialek Rusia yang
di awal terlihat aktingnya tidak meyakinkan bersuamikan pria Afrika, Andre (Mekhi Phifer) yang terlihat mencurigakan.
Sampai
disini tidak ada hal yang mengejutkan dalam cerita. Seperti dalam film-film survival zombie lainnya, para
karakternya ingin selamat dan mencari bantuan. Ketika muncul karakter trio
security terdiri dari C.J (Michael Kelly, karakter favorit saya), Bart (Michael Barry) dan Terry (Kevin Zegers), sudah ada dugaan
bahwa nantinya akan ada cerita perselisihan di antara dua kelompok ini. Namun
ternyata semakin durasi menanjak ke pertengahan, hal-hal paling tak terduga
terjadi. Kita hanya tidak tahu bahwa Zack Snyder sedang mencandai penonton. Bersama
James Gunn sebagai penulis naskah, film ini kemudian tidak pernah berhenti
untuk bermain-main.
Dawn of
the Dead adalah film menyenangkan yang dibuat dengan serius namun lebih lucu
dari Shaun of The Dead tapi juga tidak terlihat bersikeras untuk melucu. Saya
bingung
harus menyebut mana bagian paling terbaiknya karena mungkin
terlalu banyak adegan yang adalah bagian terbaiknya. Film ini seperti
kado kejutan, lebih asyik bila dinikmati
tanpa tahu lebih banyak lapisan ceritanya.
Beberapa
bagian terlihat serupa video game, sesuatu hal yang tidak mengherankan tampil
dalam gaya penyutradaraan seorang Zack Snyder. Sucker Punch (juga salah satu
film terbaik dia buat saya) punya polesan ala video game yang
sama----sesuatu yang malah membuat filmnya menjadi bertambah mengesankan. Dawn of
The Dead sendiri mengingatkan saya pada keseruan menikmati film-film Sam Raimi seperti
trilogi Evil Dead, juga memiliki jiwa film-film 80-an Paul Verhoeven yang
selalu memperlihatkan kekerasan dan darah secara vulgar. Atau bila menilik pada
film era 2010-an, Dawn of the Dead sama menghiburnya dengan film-film Fede
Alvarez.
Agar lebih singkat, bila anda mengatakan yes pada pertanyaan-pertanyaan di bawah ini, silahkan langsung menonton filmnya.
Anda ingin
film dalam gabungan aura B-movie low budget dengan visual menarik dan pengarahan yang
serius? Cek. Anda ingin zombie yang berjalan cepat, dibunuh sadis dan frontal?
Cek. Plot ayah-anak? Cek. Plot persahabatan dua lelaki? Cek. Unsur kekeluargaan? Cek. Ada zombie yang tangan
atau kakinya buntung? Cek. Sesuatu yang melibatkan orang melahirkan dan bayi di film zombie? Cek. Anda
ingin plot romance ala Twilight? Coba cek cerita Terry -Nicole. Ingin plot
romance yang lebih dewasa? Cek cerita Michael dan Ana. Ingin film zombie dengan
social commentary? (Tulisan “Help! Alive Inside!” diabaikan helikopter yang
lewat?) Anda ingin tambahan cuplikan ala found footage? Tunggu credit title-nya.
Anda ingin karakter bad-ass tanpa terlihat sok bad-ass? Cek karakter C.J.
Karakter Ving Rhames. Karakter Michael. Bahkan karakter Andy. Anda selalu
mengeluh menonton film horor-thriller dimana ada karakter yang terlupakan dan
tidak ada gunanya? Oh tenang, salah satu bagian terbaik dari film ini adalah
semua karakter ada gunanya. Tidak ada yang membuat kita lupa. Bahkan karakter pria kurus bertopi dan karakter wanita seksi ada gunanya. Saya tidak akan menyebut
apa guna mereka, tapi yang jelas mereka tidak terlupakan. Bahkan karakter Luda
yang tidak meyakinkan seperti yang saya bilang di paragraf awal menjadi salah
satu karakter yang belakangan punya peran penting.
Saya
selalu terbuka untuk film-film yang punya keinginan untuk menyenangkan
penonton. Drama, horor, komedi, apapun. Namun lebih dari menyenangkan penonton, Dawn of the Dead seakan sadar bahwa hal yang paling utama
adalah bersenang-senang dengan dirinya sendiri. Dan itu terlihat jelas. Setelah usai
menonton sebuah film buruk berniat kiddie
porn berkedok coming of age yang tidak akan saya sebut judulnya, rasanya
sangat melegakan perasaan depresi dan memori film tersebut segera dihapus oleh
film seperti ini. Akan selalu ada tempat untuk orang yang membahagiakan orang
lain. Dan akan selalu ada tempat untuk film-film yang murni sebuah hiburan, film
yang membuat penontonnya merasa keren dan merasa hidupnya menjadi lebih
berharga.
Terima
kasih, Zack Snyder. Semoga kamu masuk surga.
Dawn of the Dead, 2004
Sutradara : Zack Snyder
Pemain : Sarah Polley, Jack Weber, Ving Rhames, Michael Kelly, Ty Burrell, Kevin Zegers, Lindy Booth
Penulis : James Gunn
Dawn of the Dead, 2004
Sutradara : Zack Snyder
Pemain : Sarah Polley, Jack Weber, Ving Rhames, Michael Kelly, Ty Burrell, Kevin Zegers, Lindy Booth
Penulis : James Gunn
0 Comments